Baik

Maret 26, 2023

 

Ara hanya membagi 2 jenis manusia yang ada di muka bumi ini. Yang baik dan yang tidak baik. Siapapun dia, tak peduli warna kulitnya, tak peduli agamanya, tak peduli sukunya, tak peduli asal usulnya, dia hanya tau orang baik dan orang yang tidak baik. Ara juga percaya akan karma. Jika dia berlaku baik maka dia juga akan dapat hal yang sama. “Kalau kita baik sama orang, nanti orang lain pasti baik juga sama kita..” Ibunya yang mengajarkan demikian. Hal itu menjadi pegangan Ara selama dia hidup.

***

“Bodoh banget kamu percaya hal kayak gitu, Ra.. Kalau kita baik sama orang, kita malah diinjek-injek, Ra..” kata Maria. “Tapi, Ibuku bilang gitu, Mar.” balas Ara. “Terserah deh, silakan kamu pegang prinsip kamu itu. Kamu gak bakal kemana-mana! Hahaha..” Ara bingung, apa benar Ibu bohong? Tapi selama ini, hidup Ara baik-baik saja. Karena Ara yakin, dia juga berbuat baik pada yang lain. “Aku gak pernah macam-macam. Gak pernah aneh-aneh. Makanya hidupku aman-aman saja. Ya, kan?” ujar Ara meyakinkan dirinya sendiri.

***

Ara berjalan pelan menyusuri lorong kelasnya dengan berbagai barang di tangannya. Semuanya adalah titipan teman-temannya. Dia bersedia menolong siapa saja, karena Ia yakin, menolong adalah perbuatan baik. Maka teman-temannya juga pasti akan berbuat baik padanya. “Lugu banget, si Ara. Mau aja disuruh-suruh gitu..” kata seseorang yang duduk di lorong. “Hush, dia emang baik aja anaknya.” ujar yang lainnya. Dengan beban yang banyak itu, Ara berjalan memasuki ruang kelas. Tepat saat di depan pintu, Ia mendengar suara teman-temannya sedang berbincang. Dia berdiri sejenak mendengarkan. “Ara tuh polos banget. Mau aja ngelakuin semuanya.” “Polos sama bego tuh beda tipis.” “Hahaha, biarin aja, bisa kita manfaatin dia.” Ara terdiam. Menelan ludahnya. Tak sampai hati dia mendengar percakapan teman sekelasnya. Selama ini, perbuatan baiknya tidak pernah dianggap oleh mereka. Mereka hanya memanfaatkan Ara tanpa tahu balas budi. Ara terpaku. Hampir Ia menangis, tapi Ia kemudian tersadar dan langsung masuk ke kelas. Dia berikan semua barang titipan teman-temannya. “Hai! Ini ya, titipan kalian semua. Maaf ya, agak lama. Soalnya banyak banget! Hehehe”. Sapa Ara dengan sumringah. “Eh, Ara udah sampai. Makasih ya Ara..” Mereka terkejut melihat Ara yang datang tiba-tiba. “Ara keluar dulu ya.”

***

Ara kembali memkirkan apa yang dikatakan Ibunya. “Apa benar kalau kita berbuat baik pada orang, nanti orang juga akan baik kepada kita? Kenapa mereka jahat sekali? Memanfaatkan Ara seperti itu? Ara tidak pernah menjahati mereka. Kok mereka tega sekali?” Ratusan pertanyaan berkumpul di benak Ara. Mulai mempertanyakan prinsip yang ditanamkan Ibunya. “Ah, Ibu bohong. Lihat orang-orang itu. Tidak tahu terima kasih pada Ara!” gumamnya.

***

Saat pulang sekolah, Ara masih saja memikirkan tentang ajaran Ibunya. Kalau Ara yang sudah begini baik, tapi teman-teman Ara malah jahat sama Ara, untuk apa Ara mempertahankan kebaikan ini? “Kiri bang!” teriak Ara. Ara segera turun dari angkot dan mencari uang ongkosnya. Tidak ada. Uangnya hilang “Duh, uangku hilang. Tuh, kan. Ara malah apes!” pikir Ara. Tapi tiba-tiba seorang perempuan muda berkata “Berdua sama adiknya ya bang”. Perempuan itu membayarkan ongkos angkot Ara. “Lho? Kakak? Makasih banyak ya kak!” kata Ara. “Iya, sama-sama. Uangnya hilang ya? Lain kali hati-hati” jawab perempuan itu.  “Iya kak. Makasih banyak ya Kak….” “Rea.” “Kak Rea! Makasih banyak!” “Duluan ya..” Perempuan itu kemudian jalan menyebrang, memasuki sebuah restoran kecil. Ara melambaikan tangannya, sambil mengucapkan terima kasih, lagi.

***

Mungkin Ibu benar. Kalau kita berbuat baik sama orang, orang juga akan baik sama kita. Tapi, mungkin tidak dibalas dengan orang yang sama. Bisa jadi dengan orang lain, seperti Kak Rea. Kalau begitu, Ara tidak akan berhenti berbuat baik. Karena kita tidak pernah tahu, kebaikan itu datangnya dari mana dan dari siapa.

You Might Also Like

0 comments

Komen yang baik, ya :)